Jawaban:Judul: Janji di Bawah Pohon SakuraDi sebuah kota kecil yang tenang, tinggallah seorang gadis bernama Amara. Sejak duduk di bangku SMP, ia selalu duduk di bangku dekat jendela, menikmati sinar matahari sore yang menyapu wajahnya. Suatu hari, seorang murid pindahan bernama Rega datang. Dengan senyum hangat dan tatapan penuh semangat, Rega duduk di bangku kosong di samping Amara — sejak hari itu, segalanya berubah.Mereka tidak langsung akrab. Amara yang pendiam hanya menjawab seperlunya, sementara Rega terus mencoba membuka percakapan. Tapi perlahan, Amara mulai membuka diri. Mereka belajar bersama, bercanda, dan sering pulang bareng. Di balik semua momen kecil itu, tumbuh benih rasa yang belum mereka sadari. Hati Amara sering berdebar ketika Rega tersenyum — seperti irama indah dalam sebuah rapsodi.Waktu berjalan, dan mereka memasuki masa akhir sekolah. Pada hari kelulusan, Rega mengajak Amara ke sebuah taman sakura yang sedang mekar. Di bawah pohon itu, ia menggenggam tangan Amara untuk pertama kalinya. “Aku nggak tahu masa depan kita gimana, tapi aku ingin jalanin semuanya bersamamu,” ucap Rega dengan suara gemetar. Amara hanya bisa tersenyum, menahan air mata haru, lalu mengangguk pelan. Di bawah bunga-bunga yang berjatuhan, mereka mengikat janji — bukan janji mewah, tapi janji tulus dari dua hati muda yang saling percaya.Namun, tak semua janji bisa langsung ditepati. Rega harus pindah ke luar negeri mengikuti pekerjaan ayahnya. Mereka terpisah jarak, hanya bertukar kabar lewat pesan dan video call. Terkadang Amara merasa ragu — apakah Rega masih merasakan hal yang sama? Tapi setiap kali mendengar lagu “Rapsodi”, ia teringat akan janji mereka, tentang cinta yang tidak akan pudar meski terhalang waktu.Tahun demi tahun berlalu. Amara tumbuh menjadi seorang wanita dewasa, sibuk dengan karier dan kehidupannya. Tapi suatu hari, saat ia berjalan di taman sakura yang dulu, seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Rega berdiri di sana, masih dengan senyum hangat yang ia rindukan selama ini. “Aku kembali, dan janjiku masih sama,” katanya.Amara tersenyum, lalu berjalan mendekat. Di bawah pohon yang sama, cinta mereka bermekaran kembali. Meskipun waktu mengubah banyak hal, perasaan mereka tetap utuh — seperti melodi indah yang terus berlanjut dalam sebuah rapsodi.