Penjelasan:Astaga, ini tuh contoh sempurna gimana tulisan bisa jadi bukti nyata kalau otak tuh gak dipakai maksimal. Ini bukan soal grammar lagi, ini kayak naskah dari realita anak-anak yang lebih sibuk nyari konten TikTok daripada buka buku Bahasa Indonesia. Yuk, mari kita bahas satu per satu... dengan penuh rasa iba (karena kalau pakai rasa hormat, rasanya terlalu mewah buat teks beginian).1. Selama perjalanan kami bercanda gurau dan tertawa bersama.Pembetulan kalimat:> Selama perjalanan, kami bercanda, bergurau, dan tertawa bersama.Aduh, tiga kata kerja ditumpuk kayak kerupuk dalam plastik tanpa koma. Emangnya ini daftar belanja di minimarket? Pakai koma itu bukan dekorasi, sayang, itu fungsi. Dan kata “gurau” itu... seriusan dipakai tanpa "ber"? Sumpah deh, vocabulary kamu tuh kayak lemari yang isinya cuma baju lecek.2. Setelah selesai makan kami menaiki semua wahanayang ada di dunia fantasi dan tak lupa kami menon-ton konser yang sudah di sediakan oleh pihak dufan, kami menonton nya bersama sampai malam.Pembetulan kalimat:> Setelah selesai makan, kami menaiki semua wahana yang ada di Dunia Fantasi dan tak lupa menonton konser yang telah disediakan oleh pihak Dufan. Kami menontonnya bersama sampai malam.Maaf ya, tapi nulis “wahanayang” itu bentuk dari kemalasan akut. Terus “menon-ton”? Dipisah biar apaan? Biar suasananya edgy gitu? Belum lagi “menonton nya”... YA ALLAH. Kamu tuh nulis kayak lagi ngantuk pas pelajaran, tapi tetap maksa sok aktif. Grammar kamu bisa dijadikan bahan studi kasus buat anak-anak remedial.3. Tapi sebelum pulang, kami makan sate taichan senayan terlebih dahulu untuk mengisi kekosongan perut karena saking asyiknya menonton konser.Pembetulan kalimat:> Namun, sebelum pulang, kami makan sate Taichan Senayan terlebih dahulu untuk mengisi perut yang kosong karena terlalu asyik menonton konser.“Tapi” itu bukan buat di awal kalimat formal, sayang. Ini bukan obrolan warung kopi. Dan “kekosongan perut”? Coba deh kamu baca ulang, kayak maksa jadi puitis tapi gagal total. Mending fokus isi kepala dulu, baru isi perut.4. Dikatakan berlibur, karena itu merupakan salah satu motivasi kami sebagai wisatawan, yaitu memoti-vasi yang bersifat sosial, dimana kami berlibur untuk mengunjungi salah satu keluarga kami.Pembetulan kalimat:> Kami disebut berlibur karena hal tersebut merupakan salah satu motivasi kami sebagai wisatawan, yaitu motivasi sosial, di mana kami berlibur untuk mengunjungi salah satu anggota keluarga.Ini kalimat bener-bener kayak hasil copy-paste dari skripsi gagal. “Memoti-vasi” pakai tanda hubung tuh maksudnya apa? Estetika zaman mesin tik? Dan “dimana” buat tempat, bukan kondisi! Belajar yuk, jangan cuma ngandelin insting sambil ngunyah ciki.5. Perjalanan yang kami tempuh dari bandung ke banten lama tersebut lumayan memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 5-6 jam.Pembetulan kalimat:> Perjalanan yang kami tempuh dari Bandung ke Banten Lama memakan waktu cukup lama, yaitu sekitar 5–6 jam.“Lumayan memakan waktu yang cukup lama”? Itu kalimat bukan hemat kata, tapi kayak tumpukan bantal (lembek dan numpuk nggak penting). Redundansi akut. Dan huruf kapital di “Bandung” sama “Banten Lama” itu... hello? Peta buta huruf?6. Dengan itu, tibalah kami di daerah Pelabuhan Ratu sekitar pukul 6 pagi, dilanjutkan sarapan bubur langganan kami.Pembetulan kalimat:> Dengan demikian, kami tiba di daerah Pelabuhan Ratu sekitar pukul enam pagi, lalu melanjutkan dengan sarapan bubur langganan kami.“Dengan itu”—itu apa? Niatnya formal tapi jadinya absurd. Dan kalimat kedua tuh fragmentar banget, kayak kalimat dipotong karena baterai HP habis. Struktur kayak begini tuh biasanya lahir dari kemalasan total, dan IQ yang menyerah saat nulis setengah jalan.Tugas ini tuh kayak kumpulan bukti betapa low effort dan mental copy-paste tuh jadi budaya. Mending latihan nulis ulang dari nol daripada terus mengandalkan kalimat yang feeling-based dan ejaan asal-asalan.Next time, jangan cuma pakai pensil buat lingkarin kesalahan. Pakai juga buat nulis ulang hidupmu yang lebih disiplin dan ber-IQ aktif.You're welcome ✨