Hello, I believe the correct answer is D.
The religions beliefs of the Indus Valley civilization are subject of debate even today, due to the sparsity of evidence on the topic. There are many different theories, but the general consensus seems to be that they probably worshiped more then one deity.
Statement that is not true about Indus Valley civilization is
D:They worshipped one god who was believed to control nature and agriculture.
The Indus Valley Civilisation can be considered as Bronze Age civilisation that occurred in northwestern regions of South Asia.
This started around 3300 BCE , during this period , tools, pots, pans, and toys were made and system that help they preserve their food such as wheat were developed.
Sophisticated water systems were also built which was a development.
Therefore, option D is correct.
learn more
https://brainly.com/question/22442509?referrer=searchResults
The statement that is not true about the Indus Valley civilization is option D, as there is no solid evidence to support the idea that they worshipped one all-powerful god. Instead, the civilization likely engaged in polytheistic practices.
;
Penjelasan:Senandung Persahabatan di Bawah Pohon Beringin Di sebuah desa yang asri, hiduplah dua orang sahabat karib, Arya dan Bima. Mereka selalu bersama, dari bermain layang-layang di lapangan luas hingga belajar bersama di bawah rindangnya pohon beringin dekat sungai. Persahabatan mereka bagai air dan api, saling melengkapi. Arya yang periang selalu berhasil membuat Bima tertawa, sementara Bima yang kalem selalu bisa menenangkan Arya yang terkadang terlalu bersemangat.Suatu hari, desas-desus tentang sekolah baru yang lebih modern di kota terdengar hingga ke desa mereka. Arya dan Bima, yang selalu bercita-cita tinggi, mulai membicarakan kemungkinan untuk melanjutkan sekolah di sana. Namun, biaya yang mahal menjadi penghalang.Arya, yang terlahir dari keluarga sederhana, merasa pesimis. "Bagaimana kita bisa sekolah di kota, Bim? Biayanya pasti sangat mahal," keluhnya.Bima, yang selalu optimis, menepuk pundak Arya. "Jangan khawatir, Arya. Kita bisa cari cara. Mungkin kita bisa bekerja paruh waktu sepulang sekolah nanti," jawabnya penuh semangat.Meskipun ragu, Arya setuju untuk mencoba. Mereka mulai mencari pekerjaan paruh waktu di desa, mulai dari membantu petani hingga menjadi kuli panggul di pasar. Hasil jerih payah mereka kumpulkan sedikit demi sedikit.Akhirnya, hari keberangkatan pun tiba. Dengan sisa uang tabungan mereka, Arya dan Bima nekat pergi ke kota. Di kota, mereka menghadapi tantangan yang lebih besar. Biaya hidup yang tinggi, persaingan yang ketat di sekolah, dan rindu akan desa membuat mereka nyaris menyerah. Namun, mereka selalu mengingat janji mereka di bawah pohon beringin. Mereka saling menguatkan, berbagi beban, dan tidak pernah berhenti berusaha. Arya yang pandai bergaul membantu Bima yang kesulitan belajar, sementara Bima yang telaten mengajari Arya tentang kesabaran.Suatu hari, mereka berhasil meraih juara dalam olimpiade sains tingkat kota. Kemenangan itu membuka jalan bagi mereka untuk mendapatkan beasiswa. Arya dan Bima akhirnya bisa melanjutkan sekolah dengan tenang, tanpa perlu khawatir tentang biaya.Setelah lulus, Arya dan Bima kembali ke desa. Mereka mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak desa yang kurang mampu. Mereka ingin memberikan kesempatan yang sama seperti yang mereka dapatkan.Di bawah pohon beringin yang sama, Arya dan Bima mengenang perjalanan persahabatan mereka. Mereka menyadari bahwa persahabatan sejati tidak hanya tentang kesenangan bersama, tetapi juga tentang saling mendukung, berbagi suka dan duka, serta berjuang bersama untuk meraih mimpi.Indahnya persahabatan mereka bukan hanya tentang kebersamaan, tetapi juga tentang kekuatan, semangat, dan cinta yang tak terbatas. Persahabatan mereka menjadi inspirasi bagi seluruh desa, membuktikan bahwa mimpi bisa diraih dengan usaha, semangat, dan persahabatan yang tulus.