The difference in the speeds of the two types of waves is (8.9 - 5.1) = 3.8 km/sec.
In 73 sec, the faster one pulls ahead of the slower one by (73 x 3.8) = 277.4 km .
The distance to the epicenter of the earthquake can be calculated using the known velocities of P-waves and S-waves and their arrival time difference. Solving the set equations for time and substituting back to find distance, the earthquake was approximately 872.12 kilometers away from the seismograph. ;
To find the distance of the earthquake, we calculate the distance S-waves travel in the time before P-waves arrive, knowing their speed difference. The calculated additional distance for the S-wave is approximately 277.4 km. Further solving leads to determining the total distance to the epicenter using the wave speeds and arrival times.
;
1. Kontak Bola Tidak TepatBola sering menyentuh lengan atas atau siku, bukan pada lengan bawah/platform datar. Akibatnya, bola melambung tidak terkontrol atau keluar area oper. Gerakan tangan kaku atau lemah juga menyebabkan passing tidak stabil atau terlalu lemah. 2. Posisi Tubuh Tidak SesuaiPosisi awal pemula sering terlalu tegak atau sebaliknya, terlalu membungkuk pada pinggang bukan lutut. Harusnya lutut ditekuk dengan badan condong ringan ke depan. Postur yang tidak stabil mengurangi jangkauan dan akurasi menerima bola. 3. Sinkronisasi Gerakan dan Kaki LemahGerakan dorongan dari lengan tidak sinkron dengan gerakan naik lutut dan pinggul sehingga akhir passing kurang kuat. Gerakan kaki (footwork) lambat atau tidak terkoordinasi membuat pemain terlambat mencapai posisi ideal. 4. Kurangnya Konsentrasi dan Fokus VisualDistraksi dari sekitar (penonton, lawan) atau fokus yang terpecah menyulitkan pemain dalam membaca arah dan kecepatan bola. Pandangan tidak konsisten pada bola dari datang hingga kontak, mengganggu akurasi passing. 5. Kekuatan Otot yang Belum MemadaiOtot lengan dan bahu kurang kuat menyebabkan kurangnya kendali saat menerima dan mendorong bola. Lemahnya otot kaki juga memengaruhi stabilitas dan tumpuan saat melakukan passing. 6. Kurangnya Komunikasi Antar PemainPemain tidak memanggil “Aku!” atau memberi tanda ketika akan mengambil bola sehingga terjadi kebingungan dan bola terlewat. 7. Ketidaktertarikan atau Kelelahan BelajarDurasi latihan yang pendek, metode monoton (ceramah guru tanpa variasi media), bisa menurunkan motivasi dan partisipasi siswa. Banyak siswa yang merasa takut, kurang percaya diri, hingga menghindari kontak bola. Tips Mengatasinya:1. Fokus pada platform lengan datar: Latihan berulang membuat kontak tepat terjadi di bawah siku, lengan rapat dan lurus. 2. Posisi tubuh yang benar: Siap dengan kaki selebar bahu, lutut sedikit menekuk, badan condong, mata fokus ke bola datang. 3. Latihan footwork dan sinkronisasi: Kombinasi gerakan kaki, lutut dan pinggul saat mendorong platform. Gunakan drill zig-zag, passing dinamis. 4. Tingkatkan konsentrasi visual: Fokus pada bola sejak bola masuk view hingga kontak selesai. Latihan dalam kondisi distraksi membantu. 5. Penguatan otot: Lakukan push‑up ringan, plank, dan latihan kekuatan kaki agar passing lebih stabil dan kuat. 6. Komunikasi tim aktif: Gunakan panggilan verbal, sinyal visual atau aturan siapa yang akan ambil bola. 7. Variasi metode pengajaran: Gunakan tutor sebaya, video demonstrasi, alat bantu; berikan latihan tambahan bisa membangkitkan minat dan partisipasi. Dengan mengetahui masalah-masalah ini dan menerapkan latihan yang tepat, proses pembelajaran passing bawah voli akan lebih efektif, akurat, dan menyenangkan.