A decimal with one place after the dot (point) is as much as a fraction x/10. A decimal with two places after the dot is x/100 and so on. For example:
0.1 = 1/10 0.5 = 5/10 1.4 = 1 4/10 or 14/10 50.37 = 50 37/100 99.99 = 99 99/100
To turn fractions into decimals, you'll have to bring the denominator to 10, 100, 1000 etc. For example:
1/2 = 5/10 = 0.5 5/25 = 20/100 = 0.2 18/50 = 36/100 = 0.36
Turning a fraction into a decimal:
When turning a fraction in to a decimal, you divide. For example, when you turn 3/5 in to a decimal, you would have to do 3 divided by 5, which is 0.6.
Turning a decimal in to a fraction:
When turning a decimal into a fraction, you put the number over a hundred. For example, if you have .15, it would be 3/20 because you (15/100) divide both numbers by the same number which is 5.
To convert a fraction to a decimal, divide the numerator by the denominator. To convert a decimal to a fraction, write the decimal as a fraction (placing it over 1, 10, 100, etc.) and simplify if possible. By following these steps, both conversions can be performed easily and accurately.
;
Sumber InspirasiSetiap orang pasti memiliki sosok yang mereka kagumi dan jadikan contoh dalam hidup. Sosok tersebut biasanya sangat memengaruhi cara berpikir, bersikap, dan menjalani kehidupan. Bagi saya, sosok itu adalah Presiden ketiga Republik Indonesia, Bapak B.J. Habibie. Beliau bukan hanya seorang ahli teknologi dan ilmuwan terkemuka, tetapi juga seorang pribadi yang ramah, penuh kasih, mencintai keluarganya, dan sangat mencintai negaranya.B.J. Habibie adalah orang yang sangat cerdas. Ia menempuh pendidikan teknik di Jerman dan berhasil menjadi insinyur pesawat terbang yang diakui dunia. Saya sangat kagum dengan semangat pantang menyerahnya dan kecerdasannya. Ia membuktikan bahwa anak-anak bangsa mampu bersaing di kancah internasional. Salah satu pencapaiannya yang paling membanggakan adalah keberhasilannya dalam merancang pesawat N-250, karya anak bangsa pertama yang mampu terbang stabil tanpa bantuan komputer asing.Namun, bukan hanya prestasi di bidang teknologi yang membuat saya mengidolakannya. Kisah cintanya dengan Ibu Ainun sangat menyentuh hati saya. Meski sibuk dan memiliki tanggung jawab besar, beliau selalu mengutamakan keluarga. Cintanya yang tulus dan setia kepada sang istri menjadi teladan bagi banyak orang tentang arti cinta dan kesetiaan sejati.Selain itu, selama masa jabatannya sebagai presiden, B.J. Habibie menunjukkan keberanian dan integritas. Dalam waktu singkat, beliau berhasil membawa perubahan besar dalam sistem demokrasi Indonesia, termasuk membuka kebebasan pers dan meletakkan dasar reformasi. Meski menjabat dalam waktu yang singkat, pengaruhnya sangat besar terhadap arah masa depan bangsa.Dari sosok B.J. Habibie, saya belajar bahwa mimpi besar bisa dicapai dengan kerja keras, ilmu pengetahuan, dan keyakinan. Saya juga belajar bahwa kepintaran harus disertai dengan hati yang bijaksana, rasa cinta kepada sesama, dan keikhlasan untuk berkorban demi kebaikan bersama.Saya berharap suatu hari nanti bisa mengikuti jejak beliau, terutama dalam semangat untuk belajar, berkarya, dan memberikan yang terbaik bagi keluarga dan negara. Bapak B.J. Habibie akan selalu menjadi idola dan sumber inspirasi dalam hidup saya.
Idola. Satu kata ini mampu membangkitkan berbagai emosi dan memicu imajinasi jutaan orang di seluruh dunia. Bagi sebagian orang, idola adalah sosok yang sempurna, mencapai puncak kesuksesan dalam bidangnya. Bagi yang lain, idola adalah cerminan dari diri mereka sendiri, sebuah pengingat akan potensi tersembunyi yang bisa diwujudkan. Namun, lebih dari sekadar bintang di panggung atau layar kaca, idola seringkali menjadi kompas moral dan inspirasi yang menggerakkan banyak jiwa.Lebih dari Sekadar Pengagum Mengagumi seseorang bukanlah hal yang baru. Sejak zaman dahulu, manusia telah mencari figur untuk dihormati dan diteladani. Dari pahlawan mitologi hingga pemimpin besar, selalu ada sosok yang membangkitkan rasa kagum. Di era modern, dengan meluasnya media massa dan teknologi digital, fenomena idola mencapai dimensi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Musisi, aktor, atlet, ilmuwan, atau bahkan content creator kini dapat menjangkau dan memengaruhi audiens yang sangat luas. Mereka bukan hanya sekadar individu yang memiliki bakat luar biasa, tetapi juga representasi dari impian, kerja keras, dan dedikasi.Kekuatan Inspirasi dan Motivasi Daya tarik utama seorang idola terletak pada kemampuannya untuk menginspirasi. Melihat perjalanan mereka dari nol hingga mencapai puncak seringkali memicu semangat pada para penggemarnya. Sebuah lagu yang penuh makna bisa memberikan kekuatan di masa sulit. Sebuah aksi heroik di lapangan olahraga bisa menanamkan nilai pantang menyerah. Kata-kata bijak dari seorang figur publik bisa menjadi pedoman hidup. Idola kerap menjadi bukti nyata bahwa dengan usaha keras dan keyakinan, hal-hal yang tampaknya mustahil dapat dicapai. Mereka menjadi sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk belajar lebih giat, berlatih lebih keras, atau bahkan berani mengejar impian yang selama ini terpendam.Cerminan Nilai dan Aspirasi Pemilihan idola seringkali tanpa sadar mencerminkan nilai-nilai dan aspirasi pribadi seseorang. Penggemar musik mungkin tertarik pada idola yang menulis lirik mendalam dan jujur, menunjukkan keinginan mereka akan kedalaman emosi. Pecinta olahraga mungkin mengagumi atlet yang menunjukkan sportivitas dan disiplin tinggi, mencerminkan penghargaan mereka terhadap integritas. Idola juga dapat menjadi cerminan dari apa yang kita ingin menjadi. Mereka adalah proyeksi dari ambisi kita, dan melalui kekaguman itu, kita seolah-olah ikut merasakan sebagian dari kesuksesan dan kualitas positif yang dimiliki idola.Sisi Gelap Pengaguman Namun, fenomena idola juga memiliki sisi gelapnya. Pengaguman yang berlebihan bisa berubah menjadi obsesi, menghilangkan batas antara realitas dan fantasi. Ketika penggemar mulai meniru setiap aspek kehidupan idola, mengabaikan identitas diri, atau bahkan menunjukkan perilaku fanatik yang merugikan, maka pengaguman tersebut sudah tidak sehat. Tekanan untuk selalu tampil sempurna, masalah privasi, dan ekspektasi yang tidak realistis juga merupakan beban berat yang seringkali ditanggung oleh idola itu sendiri. Penting bagi setiap individu, baik idola maupun penggemar, untuk memahami batasan dan menjaga keseimbangan.Idola Sejati dan Pertumbuhan Diri Pada akhirnya, idola sejati bukanlah sosok yang tanpa cela atau sempurna. Mereka adalah manusia biasa yang kebetulan memiliki talenta luar biasa dan platform untuk membagikannya. Kekuatan seorang idola bukan terletak pada kesempurnaan mereka, melainkan pada kemampuan mereka untuk menunjukkan ketekunan, keberanian, dan kerentanan yang membuat mereka relevan dan manusiawi. Mengagumi idola bisa menjadi bagian yang indah dari perjalanan hidup. Ini dapat membuka mata kita pada potensi diri, mendorong kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, dan memberikan kita sosok untuk diteladani. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita menyaring inspirasi itu, mengambil pelajaran berharga, dan kemudian menggunakannya untuk membangun identitas dan jalan hidup kita sendiri, tanpa melupakan esensi diri kita yang unik.