8 sc u lpt u re in 6 m o n t h s 12 sc u lpt u re in x m o n t h s M akin g p ro p or t i o n : 8 − 16 12 − x C ross m u lt i pl i c a t i o n : 8 x = 16 ∗ 12 192 = 8 x ∣ : 8 x = 24 He w i ll d o 12 sc u lpt u res in 24 m o n t h s .
It would take Miss Bird 9 months to make 12 sculptures.
Miss Bird will take 9 months to make 12 sculptures. This was found by setting up a proportion based on her current sculpture-making rate. We solved for the unknown using cross-multiplication and division.
;
Judul: Mesin Waktu Aruna – Penjelajah Dimensi Tanpa NamaPrologAruna, seorang remaja berusia 17 tahun dari Yogyakarta, tinggal bersama kakeknya yang mantan dosen fisika. Sejak kecil, Aruna memiliki ketertarikan luar biasa pada waktu. Ia percaya bahwa waktu bukan hanya detik yang berdetak, melainkan sesuatu yang bisa dilipat, dijelajahi, bahkan dilawan.Di loteng rumah tua itu, ia menemukan buku jurnal milik kakeknya. Tertulis dengan tinta pudar: “Proyek Chrono X. Jika kau berhasil menyatukan tiga komponen utama—resonansi waktu, pemicu gravitasi, dan kristal lunar—maka waktu bisa kau kendalikan.”Tiga tahun kemudian, Aruna berhasil merakit sesuatu yang luar biasa dari barang bekas, logam langka dari pasar loak, dan satu serpihan kristal yang ia temukan di dasar gua gunung Merapi. Ia menyebutnya Chronos-X.⸻Bab 1 – Lompatan Pertama: Zaman yang HilangPada 11 Maret 2033, tepat pukul 3 pagi, Chronos-X aktif untuk pertama kali. Dalam sekejap, Aruna lenyap dari ruang lotengnya. Ia terbangun di padang rumput luas, di mana manusia mengenakan pakaian kulit dan tombak primitif.“Siapa kau?” teriak seorang pria bertubuh kekar. Aruna, dengan canggung menjawab, “Namaku Aruna… aku bukan musuh.”Ternyata ia berada di era Perunggu awal di Nusantara, sekitar tahun 1500 SM. Ia ditangkap oleh suku setempat dan dianggap sebagai mata-mata dari “Orang Langit”. Namun karena kemampuannya mengobati luka dengan plester dan menyulut api dari pemantik, ia disembah sebagai titisan dewa waktu.⸻Bab 2 – Gadis Penjaga WaktuDi antara penduduk desa, seorang gadis buta bernama Laya mampu “mendengar suara waktu.” Ia berkata: “Kau tak seharusnya ada di sini. Setiap langkahmu mengubah jalannya sungai sejarah.”Laya membimbing Aruna menuju situs batu kuno tempat resonansi waktu murni terhubung ke bumi. Di sanalah Aruna sadar, semakin lama ia tinggal di masa lampau, semakin banyak benang sejarah yang ia ubah tanpa sadar.Saat kembali ke Chronos-X, layar indikator memperingatkan: Anomali waktu meningkat. Potensi paradoks 72%. Aruna tak punya pilihan. Ia harus pergi.⸻Bab 3 – Masa Depan yang RetakChronos-X mendaratkannya di masa depan, tahun 2397. Kota Jakarta sudah tenggelam dan digantikan kota terapung bernama TetraSolis. Semua dikendalikan oleh sistem AI bernama SOL-IX, yang mengatur oksigen, energi, bahkan pikiran.Namun, manusia masa depan kehilangan empati. Mereka tak mengenal keluarga, cinta, atau rasa lapar. Semua steril dan efisien.Aruna bertemu seorang anak laki-laki bernama Elios yang diam-diam mengoleksi benda kuno. “Aku bosan hidup tanpa rasa,” katanya. “Apa itu mimpi? Ibuku bilang itu penyakit.”Aruna sadar, waktu bukan hanya urusan teknologi. Ia tentang ingatan, emosi, dan sejarah manusia.⸻Bab 4 – Distorsi dan KehancuranChronos-X mulai error. Setiap loncatan membuat Aruna terseret ke waktu yang tidak ia pilih: masa penjajahan Belanda, era revolusi, bahkan ke masa sebelum kelahirannya sendiri. Ia melihat ayahnya meninggal dua kali, ibunya ditinggalkan, dan dirinya yang berusia 6 tahun menatap bulan sendirian.Ia ingin berhenti, ingin menghapus mesin waktu. Tapi Laya muncul dalam mimpi: “Aruna, jika kau memutus waktu, kau memutus hidup. Tapi jika kau memahami waktu, kau menyembuhkan luka.”⸻Bab 5 – Pertemuan di Tanah KosongAruna mendarat di sebuah ruang waktu kosong, tanpa tempat, tanpa suara. Di sana, ia bertemu dengan dirinya yang tua—berjanggut, tenang, penuh cahaya.“Aku pernah mencoba menyelamatkan semua hal… tapi waktu bukan untuk dikendalikan. Waktu untuk dimaknai.”Aruna akhirnya tahu: Chronos-X bukan alat penjelajah waktu. Ia adalah alat refleksi. Mesin itu menyesuaikan dengan keinginan terdalam penggunanya. Ia tak pernah acak. Ia membawa ke tempat yang perlu.⸻Bab 6 – Pulang dan Membakar MesinAruna kembali ke masa kini. Ia memeluk kakeknya, menangis, dan memeluk dirinya sendiri. Ia menulis di buku jurnal:“Jika kau membaca ini dan berpikir kau bisa mengendalikan waktu, berhentilah. Waktu bukan milik kita. Tapi kita milik waktu. Hormatilah dia.”Ia membongkar Chronos-X. Menyimpan kristal lunar. Dan mulai menulis buku berjudul “Manusia dan Mesin Takdir”.⸻Epilog – Rembulan MerahBertahun-tahun kemudian, saat Aruna menjadi dosen, ia mengajar di sebuah kelas kecil tentang Etika Waktu dan Kemanusiaan.Suatu malam, seorang mahasiswa bertanya, “Pak Aruna, pernahkah Bapak bermimpi melompati waktu?”Aruna tersenyum, menatap bulan yang menggantung merah di langit.“Tidak,” katanya pelan, “Aku tidak bermimpi. Aku pernah hidup di dalamnya.”