The transportation used or how you live.Hope it helped.
Washington, D.C. embodies the theme of movement through political, cultural, and physical aspects. ;
Washington, D.C. exemplifies the theme of movement through its political, cultural, and physical dimensions. The city's role as the nation's capital facilitates political decisions, while cultural events and a well-planned infrastructure promote movement among its diverse communities. These aspects result in a dynamic environment that reflects the continuous flow of people, ideas, and traditions.
;
Pada Ramadan tahun 2020, suasana di kampung kami terasa berbeda karena pandemi COVID‑19 sedang melanda seluruh dunia. Masjid‑masjid yang biasanya ramai waktu subuh dan berbuka menjadi sunyi seolah menyimpan rindu berjamaah. Meski begitu, keluarga kami tetap menjalankan ibadah puasa dengan penuh semangat. Di pagi hari, aku membantu Ibu menyiapkan sahur sederhana sebelum azan subuh berkumandang. Meski pandemi membatasi kegiatan di luar rumah, suasana kebersamaan di dalamnya justru semakin hangat. Kami saling menguatkan, dan setiap adzan maghrib tiba, hati terasa lega saat membatalkan puasa bersama keluarga. Di tengah keterbatasan, kami tetap memilih bersyukur atas nikmat iman dan makanan sederhana yang tersedia. Ramadan tahun itu mengajarkan bahwa kebersamaan spiritual lebih kuat dari keramaian fisik.Pada pertengahan Ramadan, aku berinisiatif membuat jadwal tilawah Al‑Qur’an harian bersama adik dan ayah. Setiap sore, setelah bekerja dari rumah dan belajar daring, kami berkumpul untuk membaca sepotong surat pilihan. Suara adzan maghrib yang bergema dari pengeras di panggung rumah tetangga membuat hati kami rindu suasana masjid. Namun kami saling menghibur dengan saling mengirim tautan ceramah singkat secara daring. Berbuka puasa pun dilakukan ala drive‑thru keluarga: Ibu membawa sayur sop hangat dan kue basah ke halaman rumah, kami menikmati tetap di tempat masing‑masing sambil tertawa. Itulah Ramadan yang sederhana, tapi terasa khidmat dan bermakna. Kami menyadari bahwa rindu terhadap masjid dan jamaah membuat kami lebih menghargai nilai ibadah berjamaah. Ramadan 2020 menjadi momen refleksi tentang kesabaran, solidaritas keluarga, dan iman yang tidak pudar meski kondisi menantang.Saat menjelang akhir Ramadan, kami menyusun dengan sungguh niat akan menyambut Idul Fitri dengan sederhana. Kami menyiapkan ketupat dan opor ayam dalam jumlah kecil, karena memang banyak tetangga membatalkan undangan buka puasa bersama. Aku merindukan salam penuh pelukan dengan sahabat di hari kemenangan, tapi kami sepakat mengganti salam pelukan dengan senyuman dari balik masker. Ketika takbir berkumandang malam Idul Fitri, langit kampung tetap cerah, meski suara drone pengawas pandemi menggema dari kejauhan. Meskipun jauh dari kerumunan dan reuni besar, kegembiraan di dalam hati tetap terpancar dari keluarga kecil kami. Ramadan 2020 mengajarkan bahwa makna idul fitri tidak bergantung jumlah tamu atau sorak ramai, melainkan ketulusan niat, istiqomah dalam ibadah, dan cinta yang tetap hidup dalam keluarga. Kalau pun pandemi menyimpan duka bagi banyak orang, di rumah kami tetap berusaha menghadirkan kebahagiaan dari keimanan dan rasa syukur.