Kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan diberikan sertifikat harus mencakup ke dalam 3 aspek dimensi kompetensi, yaitu:
Answer (4)
24/16 has a greatest common factor (GCF) of 8.
To simplify, you have to divide both sided by the GCF.
(24÷8)/(16÷8) = 3/2
So 3/2 is the final answer.
If your teacher wants you to convert the proper fraction into a mixed number, 3/2 can simplify down to 1 1/2 .
Hope I helped. :)
To simplify the fraction 24/16 to its simplest form, we need to find the greatest common divisor (GCD) of the numerator and the denominator. We start by identifying the common factors of 24 and 16. Both numbers are divisible by 8, so we divide both the numerator and the denominator by 8.
Here is the step-by-step simplification:
Divide the numerator (24) by 8: 24 ÷ 8 = 3
Divide the denominator (16) by 8: 16 ÷ 8 = 2
Write the simplified fraction: 3/2
Thus, the simplest form of the fraction 24/16 is 3/2.
The fraction 16 24 simplifies to 2 3 . This simplification is achieved by dividing both the numerator and denominator by their greatest common factor, which is 8. The simplified fraction can also be expressed as the mixed number 1 2 1 .
;
Tiga aspek dimensi kompetensi yang harus dimiliki seseorang sebelum diberikan sertifikat adalah: 1. Knowledge (Pengetahuan)– Pemahaman teoritis dan konseptual yang dimiliki seseorang terhadap suatu bidang kerja atau keahlian tertentu. Contoh: tahu prosedur keselamatan kerja, paham prinsip akuntansi, dll. 2. Skill (Keterampilan)– Kemampuan teknis atau praktik dalam melakukan suatu pekerjaan secara efisien dan sesuai standar. Contoh: bisa mengoperasikan mesin, membuat laporan, menganalisis data, dsb. 3. Attitude (Sikap)– Perilaku, etika kerja, dan tanggung jawab yang mencerminkan profesionalisme dalam bekerja. Contoh: jujur, disiplin, mampu bekerja sama dalam tim, menghormati aturan.Ketiga dimensi ini saling melengkapi. Tanpa salah satunya, seseorang belum bisa dikatakan kompeten secara utuh. Itulah sebabnya, dalam proses sertifikasi, penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tapi juga melalui praktik kerja dan observasi sikap.
