( x − y ) 2 = x 2 − 2 x y + y 2 − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − 4 − 12 r + 9 r 2 = 2 2 − 2 ⋅ 2 ⋅ 3 r + ( 3 r ) 2 = ( 2 − 3 r ) 2
o t h er m e t h o d : 4 − 12 r + 9 r 2 = 4 − 6 r − 6 r + 9 r 2 = 2 ( 2 − 3 r ) − 3 r ( 2 − 3 r ) = ( 2 − 3 r ) ( 2 − 3 r ) = ( 2 − 3 r ) 2
Because: ( a − b ) 2 = a 2 + 2 ab + b 2
The expression 4 − 12 r + 9 r 2 can be factored as ( 2 − 3 r ) 2 because it fits the form of a perfect square trinomial. We confirmed this by both recognizing it as a standard form and by grouping. Factoring involves identifying components for squaring a binomial and confirming through expansion.
;
Dalam sastra dan budaya, “bintang” sering dipakai sebagai metafora, bukan objek nyata yang punya perasaan untuk melambangkan berbagai hal: harapan, keindahan, mimpi, bahkan cinta yang sukar diraih.Jadi, kalau kita bilang “kenapa bintang gak pernah jatuh cinta?”, jawabannya simpel tapi penuh makna: bintang itu bukan manusia dan berada jauh di atas langit, jadi ia tidak punya emosi atau kesempatan untuk merasakan cinta seperti kita. Namun secara simbolis, bintang sering dihubungkan dengan cinta, misalnya:Bintang sebagai simbol cinta yang terang dan romantis, seperti dalam puisi atau lagu.Atau bintang bisa menggambarkan cinta tak terbalas atau jauh tak terjangkau alias “jatuh” ke bumi itu mustahil secara fisik, jadi kiasannya jadi cinta yang mungkin tak pernah sampai.Contoh metafora populer:“Bintang di langit” sebagai harapan atau tujuan.“Bintang jatuh” sebagai simbol keinginan atau momen romantis.Namun bintang yang “jatuh” dalam dongeng sering digambarkan sebagai tragis, karena melawan hukum alam dan akhirnya hancur.Kesimpulan:Kalau kamu bilang “bintang gak pernah cinta”, sesungguhnya itu hanya cara puitis untuk menyampaikan cinta yang jauh, indah tapi tak terjangkau, bukan kekurangan bintang, tapi keindahan kiasannya. Jadi, bintang “terlihat” tidak pernah jatuh cinta karena, ya… fungsinya memang lebih sebagai simbol, bukan makhluk yang punya perasaan.